BWaT aDek rIzaH UmaMI..
ya AlLaH JarENe gzk isOk di BUkaK ....
paDaL isOK NguNU di aRani MbuJuk;I....
gK seNenG q...
A'am Emang RacDA
Cinta adalah sebuah perasaan kerinduan
Datang menyergap di setiap ketinggian malam
Membuat badan panas dan kedinginan
Namun kita terlalu memujakan
Cinta adalah sebuah kejujuran
Tentang bahasa kalbu yg terungkap oleh helai tubuh
Tentang sebuah satiran yg terkena sembilu
Namun kita terlalu menginginkan
Namun Cinta terkadang membutakan
Melupakan akan akal pikiran
Melakukan hal – hal yang terkadang tak terperkirakan
Demi membahagiakan Sang pujaan
Cinta adalah sebuah pengkhianatan
Api cemburu yg terkadang terlalu mengekang kebebasan
Ataupun juga harga diri yg menyelimuti
Namun kita terlalu membutuhkan
Cinta adalah sebuah perasaan terdalam
Sebuah perasaan yang datang mengharu biru jiwa
Dan ketika kesucian cinta kau dapatkan
Kebahagian terkekal pun kau genggam
Cinta pun membuat mu menjadi seorang pujangga
Yang akan mungkin membuatmu membuat untaian puisi
Menggoreskan nya di jantung langit
Dengan meminjam warna pelangi
Untuk menggoreskan isi hati
Namun Cinta adalah sebuah anugerah terindah
Rahmat Sang pencipta kepada umatnya
Dan biarkan rasa itu mendekam pada setiap jiwa manusia
Karena cinta adalah cinta
A'am Emang RacDA
Terdiam merenung sendu
Ku bersenandung rindu
Terbayang perjalanan waktu
Sebuah kisah masa lalu
Tiada lagi nyanyian surga
Tiada lage penghibur lara
Tiada lage damai dalam jiwa
Hanya ada Bintang penuh derita
Hanya ada Langit yang kian terluka
Seakan hendak berkata
Inilah nafas Kehidupanku
Senyuman pun kian membeku
Dalam dinginnya gelap hitam malam
Tangisan pun kian melarut pilu
Dalam harunya lautan malam
Seakan hendak bercerita
Inilah jejak yang harus kutempuh
Sanggupkah kulalui badai angin pasir rindu
Sanggupkah kulupakan indahnya sejuta pesona mimpi
Sanggupkah kulangkahkan kaki melewati panas inti bumi
Sanggupkah kubenamkan diriku dalam lautan kelam
Sanggupkah kubertahan dalam dinginnya hembusan angin salju
Hanya ada satu jawaban hati
Kan Kulalui dan kujalani dengan kasih murni setulus hati
A'am Emang RacDA
it's me........aku bahagia,
it's me........aku gembira,
it's me........aku senang,
it's me........aku riang,
it's me........aku tertawa,
it's me........aku tersenyum,
tapi diantara smua itu...ada,
tangisan........it's me,
sedihku.........it's me,
gundah.........it's me,
merana........it's me,
kesepian.......it's me,
kesalku.........it's me,
marahku.......it's me,
it's me...bukanlah manusia yang sempurna,
it's me...akan berusaha di antara terhimpitnya,
it's me...tidaklah slalu benar karna salah kan slalu ada di dalam tiap langkah hidupnya,
it's me...bukanlah sosok yang sempurna baik secara fisik,
it's me...khilaf kan pasti ada dalam dirinya,tetapi tersadar yang kan buatnya bertobat,
it's me...saat keangkuhan di buatny tuk menyelimuti tangisan jiwanya kala kisah terpahit harus dia lewati
it's me...kan berusaha jadi terbaik di antara yang terbaik meski kesempurnaan itu tidak akan di dapat,
it's me...baginya kesempurnaan adalah milik Allah swt...baik di sifat mau pun 99 namaNya...
impiaannya saat ini adalah......
bisa membahagiakan orang-orang tercinta di dalam lingkaran hidupnya,
sapa pun itu tanpa terkecuali..atau saat orang itu pergi dan tak kembali,
pelangi itu kan slalu di nantinya...sebab tak ingin hanya 2 warna yang ada,
warna-warni itu kan di dapat kala pelangi datang tuk dia dan juga buah hatinya,
karena kesendirian terasa berat tak kala gundah di dapat, sedih mendera atau pun malam nan sepi,
A'am Emang RacDA
SAmpai kapaNpun Kan Qu kenang..
Dalam HIdup Qu........
Cinta adalah misteri dalam hidupku
yang tak pernah ku tahu akhirnya
namun tak seperti cintaku pada dirimu
yang harus tergenapi dalam kisah hidupku
Reff:
Ku ingin slamanya mencintai dirimu
sampai saat ku akan menutup mata dan hidupku
ku ingin slamanya ada di sampingmu
menyayangi dirimu sampai waktu kan memanggilku
Ku berharap abadi dalam hidupku
mencintamu bahagia untukku
karena kasihku hanya untuk dirimu
selamanya kan tetap milikmu
Di relung sukmaku
ku labuhkan sluruh cintaku
di hembus nafasku
ku abadikan sluruh kasih dan sayangku
A'am Emang RacDA
Pondok Pesantren BAHRUL ULUM, Tambakberas, Jombang Jawa Timur
Dari Ulama sampai Politikus
KH. Abdus Salam meninggalkan kampung halamannya menuju Tambakberas untuk bersembunyi menghindari kejaran tentara Belanda. Bersama pengikutnya ia kemudian membangun perkampungan santri dengan mendirikan sebuah langgar (mushalla) dan tempat pondokan sementara buat 25 orang pengikutnya. Karena itu, pondok pesantren itu juga dikenal pondok selawe (dua puluh lima).
Perkembangan pondok pesantren ini mulai menonjol saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah, cicit KH. Abdus Salam. Setelah kembali dari belajar di Mekkah, ia segera melakukan revitalisasi piondok pesantren. Ia yang pertama kali mendirikan madrasah yang diberi nama Madrasah Mubdil Fan. Ia juga membentuk kelompok diskusi Taswirul Afkar dan mendirikan organisasi Nahdlatul Wathon yang kemudian dideklarasikan sebagai organisasi keagamaan dengan nama Nahdlatul Ulama (NU). Deklarasi itu ia lakukan bersama dengan KH. Hasyim Asy’ari dan ulama lainnya pada tahun 1926.
Nama Bahrul Ulum itu tidak muncul saat KH. Abdus Salam mengasuh pesantren tersebut. Nama itu justru berasal dari KH. Abdul Wahab Hasbullah. Ia memberikan nama resmi pesantren pada tahun 1967. Beberapa tahun kemudian pendiri NU ini pulang ke rahmatullah pada tanggal 29 Desember 1971.
Mulai tahun 1987 kepemimpinan pondok pesantren dipegang secara kolektif oleh Dewan Pengasuh yang diketuai oleh KH. M. Sholeh Abdul Hamid. Mereka juga mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang diketuai oleh KH. Ahmad Fatih Abd. Rohim. Para kiai yang mengasuh PP Bahrul Ulum itu diantaranya, KH. M. sholeh Abdul Hamid, KH. Amanullah, KH. Hasib Abd. Wahab,
Dibawah kepemimpinan KH. M. Sholeh, PPBU mengalami perkembangan sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin membludaknya santri yang belajar di pondok pesantren yang telah banyak menghasilkan ulama dan politisi.KH. Abdurrahman Wahid mantan presiden ke 4 RI juga alumni pesantren yang sering kedatangan tamu dari pemerintah pusat ini. Santri yang belajar di PPBU tidak hanya datang dari daerah Jombang saja tapi juga dari seluruh wilayah Indonesia, bahkan juga dari Brunei Darussalam dan Malaysia.
Sampai tahun 2003 ini PPBU dihuni hampir 10.000 santri. Untuk menampung santri, pesantren membuat asrama dalam komplek-komplek pemukiman yang terpisah-pisah, tetapi tetap dibawah pengawasan pondok induk. Dan setiap kompek diawasi dan diasuh oleh seorang kiai. Komplek-komplek tersebut meliputi; komplek pondok induk Al-Muhajirin I, II, III dan IV, Al-Muhajiraat I, II, III dan IV, As-Sa’idiyah putra, As-Sa’idiyah putri, Al-Muhibbin I dan II, Ar-Roudloh, Al-Ghozali, Al-Hikmah , Al-wahabiyah, Al-Fathimiyah, Al-Lathifiyah I dan II dan an-Najiyah.
Seiring dengan perkembangan pesantren yang semakin pesat, pengelolaan pesantren dilakukan secara profesional. Kegiatan pesantren sehari-hari tidak langsung ditangani oelh pengasuh. Tetapi diserahkan kepada pengurus Bahrul Ulum yang terdiri dari para Gus dan Ning (putra kiai), ustadz, ustadzah dan santri senior. Untuk operasionalnya dibentuk bidang-bidang dengan distribusi tugas secara teratur.
Selain itu, santri juga bisa mengikuti berbagai organisasi penunjuang dalam lingkungan pesantren seperti, Jam’iyyah Qurro’ wa; Huffadh (JQH), Forum Kajian Islam (FKI), Corp Dakwah Santri Bahrul Ulum (CDS BU), Koppontren Bahrul Ulum, OSIS ada disetiap sekolah dan madrasah., Keluarga Pelajar Madrasah Bahrul Ulum, Organisasi Daerah (ORDA) organisasi ini merupakan wadah santri menurut asal daerah santri, Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (SM STT).
Kegiatan belajar santri PPBU dalam kesehariannya sangat variatif dan diklasifikasikan menurut jenjang pendidikannya masing-masing. Namun secara umum pengajian kitab salaf (literatur klasik) sangat menonjol. Disamping itu, santri juga diwajibkan mengikuti Madrasah Al-qur’an dan Madrasah Diniyah. Prgram takrorud durus (jam wajib belajar) waktunya ditetapkan oleh pengurus harian Bahrul Ulum.
PPBU juga menyelenggarakan kegiatan sosial seperti, sunatan massal, bakti sosial, penyuluhan masyarakat, pengiriman dai ke daerah-daerah tertinggal, panti anak yatim dan lain sebagainya.
Sebagai kaderisasi pesantren, agar kelangsungan pendidikan agama tetap berjalan dan tidak mengalami kemunduiran apalagi sampai pesantren mengalami bubar, para pengasuh mengirimkan putra-putri belajar ke pesantren lain juga menimba ilmu di perguruan tinggi, seperti putra KH. M. Sholeh ada yang dikirim belajar ke pesantren Lirboyo Kediri.
Penyelenggaraan Pendidikan
Pondok Pesantren Bahrul Ulum secara umum menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan formal mengacu pada kuriklum DEPAG dan DIKNAS. Adapun yang mengikuti kurikulum DEPAG, meliputi MI (Madrasah Ibtidaiyah) Bahrul Ulum, MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) Bahrul Ulum, MTs (Madrasah Tsanawiyah) Bahrul Ulum, MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Bahrul Ulum dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Bahrul Ulum. Sedangkan pendidikan fromal yang mengikuti kurikulum DIKNAS meliputi, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bahrul Ulum, Sekolah Menengah Umum (SMU) Bahrul Ulum dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tehnik Bahrul Ulum.
Walaupun kegiatan pendidikan formal sangat padat, namun pengajian dan pendidikan kitab salaf tetap sangat dipentingkan. Dan sistem tradisional seperti sorogan, bandongan , wkton, takhassus, takror, tahfidh dan tadarrus tetap dipertahankan. Adapun jenjang pendidikan salaf meliputi TK, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Ibtidaiyah Program Khusus, Madrasah Diniyah, Madrasah Al-Qur’an, Madrasah Mu’allimin / Mu’allimat Atas dan Madrasah I’dadiyah Lil Jami’ah.
Selain itu PPBU dalam ikut mengembangkan minat dan bakat para santri juga memberikan kegiatan ekstra kurikuler, seperti majalah pesantren Menara, Marching Band, komputer, menjahit, elektronika, seni hadrah, seni qasidah, tata busana, tata boga, bela diri, pramuka, palang merah remaja (PMR), unit kesehatan sekolah (UKS) dan karya ilmiyah remaja. Disamping itu, pesantren juga menyelenggarakan pelatihan dan kegiatan ekstra keagamaan seperti pelatihan jurnalistik, bahasa asing, penelitian, kepemimpinan, kepustakaan, keorganisasian, advokasi masyarakat, kewirausahaan, manasik haji, seni baca Al-Qur’an , khutbah, pidato, bahtsul masail, diba’iyyah dan lain sebagainya. (depag/mus)
A'am Emang RacDA
Seorang muslim hendaknya mengetahui adab memberi dan memilih nama dan kunyah (nama panggilan, yang diawali ‘abu’ atau ‘ibnu’, atau yang lainnya) untuk buah hatinya. Memberi nama yang baik adalah termasuk kebaikan orang tua terhadap anak. Di masyarakat, terkadang muncul berbagai problema dikarenakan nama yang disandang. Oleh karena itu, sangat baik jika kita memperhatikan beberapa adab yang berkaitan dengan memberi nama. Di antara adab-adab tersebut adalah.
1. Memberi Nama pada Usia Tujuh Hari.
Dalam hal ini Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap anak tergadai dengan ‘aqiqahnya yang disembelih pada hari ke tujuh (dari kelahirannya), dicukur rambutnya dan diberi nama”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi). Hadits tersebut menunjukkan disunnahkannya aqiqah, mencukur rambut bayi yang lahir dan diberi nama pada hari ke tujuh dari kelahirannya. Sebagai misal, jika anak lahir hari Senin, hari Ahad yang akan datang itulah hari ke tujuh).
2. Memilih Nama yang Baik
Di antara nama yang disukai Allah Ta’ala adalah nama yang tercantum dalam sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam, “Nama yang paling disukai Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman”. (HR. Muslim dari Ibnu Umar )
Demikian juga nama baik lainnya, seperti Muhammad, Ahmad, Mahmud, Abdurrahim, dan lain-lain. Mendapat nama yang baik merupakan salah satu hak anak dari orangtuanya. Hal ini juga termasuk perlakuan baik orangtua terhadap anak, sehingga jangan sampai nama tersebut menjadi aib bagi si buah hati ketika dewasa nanti. Dan yang memprihatinkan adalah bahwa sebagian besar orangtua zaman sekarang justru terobsesi (atau jelasnya menjadi korban) oleh nama-nama vigur mereka yang tidak jelas baik dari kalangan artis, pemain-pemain bola ataupun lainnya, sehingga mereka memberi nama buah hati mereka dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam.
3. Memilih Nama yang Islami.
Orangtua seharusnya memilih nama untuk anaknya dengan nama Islami yang menunjukkan identitas keislamannya. Jangan sampai orangtua menamakan anaknya dengan nama-nama dewa, orang kafir atau dengan nama yang menyerupai nama mereka. Kita lihat di negeri-negeri kaum muslimin pada umumnya mereka memiliki nama seperti Simon, Khauri, David, Alex, Dewa, Dewi, Isis, Osiris, Widhi, dan lain sebagainya yang mengadopsi dari nama-nama yang tidak Islami. Oleh karena itu yang paling utama dan wajib adalah memilih dan memberi bagi sang buah hati dengan nama-nama yang Islami.
4. Tidak Memberikan Nama yang Terlarang.
Di antara nama yang terlarang ialah sebagaimana tercantum dalam hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, “Jika umurku panjang aku akan melarang seseorang dinamai dengan nama ‘Rabaah’ (arak), ‘Najih’ (yang sabar), ‘Aflah’ (yang beruntung), ‘Naafi’ (yang bermanfaat), dan ‘Yasaar’ (kemudahan)”. –(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim dan ia menshahihkannya dan disetujui adz-Dzahabi dan lain-lain)
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan sebab terlarangnya nama-nama tersebut dengan sabda beliau shallalahu ‘alaihi wasallam “.… Sebab jika kamu bertanya , “Apakah di sana ada dia (Yasaar = kemudahan)? “Dan ternyata memang dia tidak ada, maka dia akan menjawab , “Tidak ada (kemudahan)”. (HR. Muslim)
Di antara perkara yang termasuk dalam larangan ini adalah nama-nama yang mengandung makna kesombongan, keangkuhan, dan penentangan terhadap Allah Ta’ala, sebagaimana yang tertera dalam sabda Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam, “Nama terjelek di sisi Allah adalah seorang yang diberi nama ‘Malikul Amlaak’ (raja diraja). Sesungguhnya tiada penguasa kecuali hanya Allah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Di antara nama yang sejenis adalah ‘Syahin Syah’ (raja diraja persia), ‘Qadhil Qudhaat’ (hakimnya para hakim), atau yang bernama Fir’aun, dan lain-lain.
5. Tidak Memberikan Nama yang Buruk.
Di antara nama yang buruk adalah :‘Kalb’ (anjing), ‘Kilaab’ (anjing-anjing), ‘Jumrah’ (kerikil), ‘Hayawaan’ (hewan), ‘Ghurab’ (burung gagak), ‘Zurni Laila’ (kunjungi saya di malam hari), ‘Ahzan’ (paling sedih), ‘Himar’ (keledai), ‘Ashiyah’ (wanita yang durhaka), ‘Dzalimin’ (orang yang aniaya) dan lain sebagainya. Nama seperti ini tidaklah berdasarkan petunjuk agama Islam dan boleh jadi nama-nama buruk tersebut menjadi sebab munculnya kesulitan dan problem bagi seseorang di masa hidupnya.
Demikian halnya, sudah sepantasnya untuk menjauhkan gelar-gelar yang tidak Islami seperti : Beik, Pasha, Afandi (gelar Turki) dan seterusnya. Karena gelar-gelar seperti ini akan menanamkan perasaan angkuh dan kagum pemiliknya.
6. Tidak Menggabungkan Nama Muhammad n dan Julukannya Abul Qasim.
Dalam hal ini Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pakailah namaku dan jangan pakai julukanku (kunyahku).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Demikian pula beliau pernah melarang menggabungkan antara nama dan julukan beliau yakni dengan memberi nama Muhammad Abul Qasim sebagaimana hal tersebut disebutkan dalam hadits riwayat at-Tirmidzi, dan beliau menyatakan shahih.
Sebagian ulama berpendapat bahwa larangan tersebut berlaku ketika beliau masih hidup. Adapun setelah beliau wafat, maka larangan tersebut tidak berlaku lagi. Namun, pendapat yang lebih kuat insya Allah tidak menggabungkan julukan nama dan julukan beliau serta akan lebih baik jika tidak menggunakan julukan (kunyah) Abul Qasim. Hal ini berdasarkan hadits-hadits Nabi yang disebutkan dan diperkuat lagi dalam sabda beliau shallalahu ‘alaihi wasallam, “Pakailah namaku dan jangan pakai julukanku. Sesungguhnya aku adalah seorang pembagi yang membagi-bagikan di antara kalian”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
7. Menukar Nama yang Buruk dengan Nama yang Baik.
Apabila Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam didatangi seseorang yang memiliki nama buruk, beliau pun menukar nama tersebut. Demikian juga jika beliau mendengar nama yang kurang baik, beliau langsung menukarnya dengan nama yang lebih baik. Di antara contohnya adalah beliau pernah menukar nama ‘Ashiyah (wanita yang durhaka), dan bersabda, “Namamu ‘Jamilah’ (wanita yang cantik).” (HR. Muslim), Beliau juga menukar nama ‘Barrah’ dan bersabda, “Berilah ia nama Zainab”.(HR. Muslim).
Demikianlah beliau menukar setiap nama yang mengandung makna celaan, aib, dan cacian. Bahkan, beliau menukar nama yang mengandung makna pujian sebagaimana beliau menukar nama ‘Barrah’ (wanita yang senantiasa berbuat baik) dengan nama Zainab dengan alasan yang telah disebutkan. Nama Barrah juga mengandung pujian terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, nama-nama tersebut ditukar dengan yang lebih baik dan tidak terlarang.
8. Boleh Memberikan Julukan atau Kunyah kepada Anak Kecil dan Seseorang yang Belum Punya Anak.
Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam pernah memberi julukan (kunyah) kepada saudara Anas yang pada saat itu masih kecil. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hai Abu ‘Umair (saudara Anas)! Apa yang telah dilakukan Nughair (burung kecil)? (HR. al-Bukhari). Beliau shallalahu ‘alaihi wasallam juga pernah memberikan julukan (kunyah) (Ummu Abdillah) kepada istrinya tercinta ‘Aisyah dengan nama keponakannya ‘Abdullah anak kakaknya yang hal itu tersebut dalam sabdanya, “Julukanmu Ummu Abdillah.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Padahal sudah ma’lum bahwa Ummul Mukminin Aisyah adalah telah dikehendaki tidak memiliki keturunan.
9. Tidak Memanggil Seseorang dengan Sebutan yang Ia Benci.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya , “…Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk …” (QS. al-Hujuraat : 11)
Dalam Ayat tersebut sangat tegas menjelaskan kepada kita bahwa seorang muslim dilarang memanggil sesama saudara atau temannya dengan sebutan yang ia benci, karena hal tersebut bukanlah adab yang terpuji dalam bergaul dengan sesama. Bahkan memanggil dengan nama atau gelar yang ia benci atau dengan sebutan yang membuatnya emosi akan menimbulkan permusuhan di antara mereka. Terlebih lagi apabila sebutan tersebut menunjukkan aib yang terdapat pada diri orang tersebut, seperti sebutan si pincang, si buta, si jenggot, si botak, si gondrong, si belang, si pendek atau panggilan-panggilan yang lain yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil.
Sudah seyogyanya kita memanggil anak-anak dan saudara-saudara kita dengan panggilan-panggilan yang ia sukai dan menjadi kehormatan bagi dirinya, terlebih lagi hal itu akan menjadikan dirinya bahagia dan senang dengan apa yang kita lakukan. Maka bisa dipastikan ukhuwah akan semakin rekat, kasih sayang akan semakin tumbuh, dan cinta sesama orang yang beriman yang didasari karena Allah Ta’ala akan semakin kuat. Wallahu a’lam
Oleh : Abu Thalhah Andri Abd. Halim
Disadur dan sarikan dari kitab : ‘Mausuu’ah al-Adaab al-Islamiyah’, karya Syaikh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada